Potensi Innovative Credit Scoring dalam Meningkatkan Akses Pendanaan Usaha dan Pemerataan Kesejahteraan Masyarakat

Loading

goodmoneyID – Penilaian risiko kredit merupakan tahapan yang harus dilewati oleh
setiap pengusaha, baik itu individu maupun UMKM, ketika mengajukan kredit/pinjaman kepada pemberi pinjaman seperti bank dan perusahaan pembiayaan (multifinance). Dalam melakukan penilaian risiko kredit tersebut, bank dan perusahaan multifinance umumnya berpegang pada prinsip 5C yang meliputi “character” (karakter), “capacity” (kapasitas), “condition” (kondisi), “capital” (modal), dan “collateral” (agunan/jaminan).

Seiring dengan perkembangan inovasi keuangan digital, penilaian risiko kredit kini dapat dilakukan pula oleh penyelenggara fintech dari model bisnis Innovative Credit Scoring (ICS) dengan memanfaatkan sumber data alternatif yang tidak terbatas pada rekening bank seseorang.

Beberapa sumber data alternatif dapat berupa data belanja online, data telekomunikasi (pulsa/tagihan telepon), dan jejak media sosial yang didapatkan melalui kolaborasi dengan perusahaan e-commerce, telekomunikasi, dan platform media sosial.

Inovasi yang dilakukan oleh penyelenggara ICS diharapkan dapat meningkatkan efektivitas
penilaian risiko kredit sehingga mengurangi risiko gagal bayar atau kredit macet. Selain itu,
layanan yang diberikan oleh penyelenggara ICS juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang belum memiliki rekening bank (unbanked), untuk dapat meningkatkan peluang akses pendanaan yang akhirnya diharapkan memeratakan distribusi kegiatan ekonomi di seluruh Indonesia.

Kolaborasi fintech, termasuk penyelenggara ICS, dengan Bank-Bank Pembangunan Daerah serta perusahaan pembiayaan (multifinance) menjadi salah satu variabel penting dalam mencapai inklusi keuangan serta pemerataan kegiatan ekonomi yang diharapkan.

“Salah satu agenda besar yang ingin dicapai oleh Pemerintah adalah meningkatkan indeks inklusi keuangan masyarakat sebesar 90 persen di tahun 2024. Kehadiran fintech Innovative Credit Scoring saat ini diharapkan dapat menjadi enabler yang memfasilitasi masyarakat, terutama yang belum tersentuh oleh layanan perbankan, untuk mendapatkan pendanaan bagi kegiatan usahanya,” kata Mercy Simorangkir, Managing Director Asosiasi FinTech Indonesia (AFTECH) ketika membuka FinTech Talk yang berjudul “Innovative Credit Scoring dan Potensi Peningkatan Akses Pendanaan Usaha Bagi Pemerataan Kesejahteraan Ekonomi Nasional” Selasa (16/3).

Sebagai organisasi bagi penyelenggara fintech dari berbagai vertikal/model bisnis di Indonesia, AFTECH mendukung kolaborasi fintech ICS dengan penyelenggara jasa keuangan di ekosistem. Diharapkan adopsi inovasi teknologi ini dapat meningkatkan inklusi keuangan serta pemulihan dan pemerataan ekonomi nasional.

Toko Score dari Semangat Digital Bangsa (SDB) sebagai perusahaan penyedia layanan
Innovative Credit Scoring (ICS) yang terafiliasi dengan Tokopedia, berharap dapat turut
mendukung perluasan akses keuangan bagi masyarakat Indonesia, termasuk pembeli dan para pegiat usaha khususnya UMKM lokal, terutama di tengah pandemi.

“SDB dalam hal ini berkolaborasi dengan berbagai mitra strategis, mulai dari bank pembangunan daerah, perusahaan multifinance hingga teknologi finansial (tekfin) untuk mempermudah masyarakat bisa mendapatkan akses keuangan termasuk pemodalan dari para mitra strategis tersebut melalui penggunaan Toko Score sebagai ICS. Kemudahan tersebut lebih lanjut bisa meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia.,” jelas Evita Soetjoadi, Head of Business Development & Marketing Semangat Digital Bangsa.

Kegiatan Fintech Talk yang diselenggarakan oleh AFTECH bersama SDB bertujuan untuk
mensosialisasikan kepada berbagai pihak tentang perkembangan inovasi dan industri Innovative Credit Scoring serta perannya dalam mendukung inklusi keuangan serta pemerataan kesejahteraan ekonomi masyarakat.

“SDB akan terus berinovasi untuk menambahkan berbagai kemudahan dan nilai tambah lainnya dengan harapan masyarakat bisa mendapatkan solusi keuangan inklusif dan terjangkau dari para mitra strategis sekaligus berkontribusi terhadap pemulihan ekonomi negara yang saat ini terdampak pandemi,” kata Evita.

FinTech Talk ini juga menghadirkan beberapa tokoh seperti Dr. Aviliani (Pengamat Kebijakan Publik & Peneliti Senior INDEF), Sigit Sembodo (Sekjen Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia/APPI & Direktur Bussan Auto Finance), dan Arfianto Ramadhian (Pemimpin Divisi Digital Banking, Bank BJB) sebagai Pembicara dan Arif Hatta (Managing Editor the Iconomics) sebagai Moderator