Sodorkan Layanan Berkualitas, Siloam Selamatkan Devisa Industri Kesehatan

Loading

goodmoneyID – Siloam International Hospitals (SILO) menyambut baik langkah Presiden Joko Widodo yang terus memacu peningkatan layanan kesehatan di Tanah Air, salah satunya menghadirkan solusi jangka pendek dengan pembangunan Rumah Sakit Internasional di Bali. Hal ini karena industri kesehatan Indonesia masih relatif lemah dibandingkan negara tetangga.

Hal tersebut disampaikan oleh Presiden Komisaris Siloam International Hospitals (SILO) John Riady. Menurut John, pembangunan Rumah Sakit Internasional Bali yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Presiden Jokowi, setidaknya sebagai jumpstart (peningkatan) dan percepatan untuk melakukan transfer pengetahuan.

“Dengan populasi mencapai 270 juta orang, belanja sektor kesehatan hanya sekitar 3,1% dari produk domestik bruto (PDB). Padahal potensi industri kesehatan Indonesia sangatlah besar,” ungkap John Riady yang  juga Chief Executive Officer (CEO) PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR).

Pada groundbreaking Rumah Sakit Internasional Bali, Senin (27/12/2021), Presiden Jokowi mengatakan bahwa setiap tahun terdapat 2 juta masyarakat Indonesia yang pergi ke luar negeri guna mendapatkan layanan kesehatan. Mulai dari ke Singapura, Malaysia, Jepang, hingga Amerika Serikat (AS). Anggaran yang dihabiskan dari perjalanan tersebut berjumlah sekitar Rp97 triliun.

Menurut John, sektor kesehatan merupakan salah satu tulang punggung kemajuan bangsa. Terlebih lagi, terdapat kebutuhan yang meningkat seiring antisipasi terhadap wabah di masa depan maupun pertumbuhan pendapatan masyarakat. Ia yakin kebutuhan tersebut naik di masa depan. Namun demikian, peluang tersebut takkan bisa digapai jika industri kesehatan di  negeri ini tidak berupaya melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas pelayanan.

Melihat tingginya kebutuhan rumah sakit di Tanah Air, maka SILO, anak usaha PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) terus menggarap penambahan rumah sakit Siloam di berbagai kota di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, SILO sebagai anak usaha LPKR yang berkecimpung di bidang kesehatan terus melakukan perbaikan dan inovasi.

Hal ini sejalan dengan berbagai perbaikan yang dijalankan oleh induk usaha, mulai dari perbaikan proses bisnis, tata kelola perusahaan atau good corporate governance (GCG), hingga inovasi. Tujuannya ialah menjaga fondasi bisnis perusahaan, serta meraih pertumbuhan bisnis secara berkesinambungan.

Sejalan dengan perbaikan dan inovasi di bisnis properti, LPKR juga terus meningkatkan kinerja SILO. Berbagai pengembangan terus dilakukan SILO, di antaranya layanan digital. SILO telah meluncurkan layanan digitalnya melalui aplikasi MySiloam, layanan telehealth yang terhubung dengan 1000 dokter. Melalui pengembangan digital ini, penetrasi dan ekspansi SILO akan semakin meningkat pesat. Selain itu, saat ini SILO juga telah resmi masuk dalam indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) Small Cap.

John juga mengungkapkan, SILO yang telah berdiri sejak 1992 terus melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas layanan, serta pengembangan ekosistem di bidang kesehatan. Eksistensi SILO memilki topangan yang kuat dengan adanya Fakultas Kedokteran (FK) dan Sekolah Perawat Universitas Pelita Harapan (UPH), serta Mochtar Riady Institute of Nanotechnology (MRIN). Selain itu, SILO juga telah banyak mengirimkan dokter umum untuk mengambil spesialisasi di luar negeri. Dengan ekosistem yang dibangun, SILO akan terus berkembang.

Berbagai perbaikan dan peningkatan menjadikan SILO sebagai rumah sakit yang mendapatkan pengakuan internasional. Pada 2014, Siloam memperoleh pengakuan dari tiga lembaga akreditasi kesehatan internasional, yakni Joint Commision International (JCI) dari AS, Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) dari Indonesia, dan Australian Council on Healthcare Standards (ACHS) dari Australia. Sebagai informasi, JCI adalah instansi internasional yang menilai standar kualitas rumah sakit di seluruh dunia. Akreditasi pada 2014 adalah yang kesembilan yang diterima Silioam.

Menurut John, Indonesia membutuhkan rumah sakit dengan dokter dan perawat yang berkualitas dan ahli di bidangnya, serta berdedikasi tinggi. Sejauh ini, jaringan SILO telah memiliki 2.700 dokter umum dan spesialis, serta lebih dari 15.000 perawat dan staf pendukung.

Seiring dengan peningkatan kualitas, SILO juga terus menambah jumlah jaringan. Hingga saat ini SILO sudah memiliki 41 rumah sakit di 23 kota di seluruh Indonesia. Secara rinci yakni 14 di Jabodetabek, 7 di Jawa (luar Jabodetabek), 5 di Sumatera, 6 di Bali dan Nusa Tenggara, 3 di Kalimantan, 5 di Sulawesi, serta 1 di Maluku.

“SILO akan terus membangun rumah sakit baru agar semakin banyak masyarakat Indonesia yang memperoleh layanan kesehatan yang berkualitas dan berstandar internasional. Kebutuhan akan layanan rumah sakit masih sangat besar di Indonesia,” terang John.

John mengungkapkan bahwa saat ini kemampuan dan kualitas rumah sakit di dalam negeri tidak kalah bagus dibandingkan dengan rumah sakit yang ada di luar negeri. Hal ini dibuktikan, dengan meningkatnya pasien non-Covid 19 di SILO selama pandemi berlangsung.

John merasa yakin dengan patient experience yang ada, pasien-pasien tersebut akan tetap berobat di SILO. “Pelayanan di SILO tidak kalah dibanding luar negeri. Pengalaman bagus yang telah dialami pasien akan tetap kita jaga,” ungkap John.

Pengalaman panjang dan jaringan yang luas menempatkan SILO sebagai pengelola rumah sakit terkemuka di Indonesia dan menjadi benchmark pelayanan kesehatan berkualitas di Tanah Air. Dalam praktiknya, SILO tidak semata didorong oleh motif bisnis dalam memberikan layanan kesehatan, tetapi juga alasan kemanusiaan. Setiap warga bangsa harus mendapatkan pelayanan kesehatan terbaik. Perluasan layanan lewat pembukaan jaringan rumah sakit baru dimaksudkan juga untuk memenuhi skala ekonomi agar rakyat bisa mendapatkan layanan kesehatan yang lebih terjangkau.

Seiring perbaikan dan inovasi yang digulirkan SILO ikut mendongrak kinerja LPKR. Hingga posisi September 2021, pendapatan properti LPKR meningkat 26,2 persen (year on year/yoy), atau menjadi Rp2,99 triliun, dan untuk properti sewa naik 71,2 persen (yoy), atau menjadi Rp2,07 triliun. Lalu, untuk kesehatan meningkat 46,7 persen, atau menjadi Rp5,89 triliun.

“SILO telah mencatatkan tren positif hingga kuartal III 2021. Total pendapatan yang berhasil dibukukan berjumlah Rp5,9 triliun, atau meningkat 9,4 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya,” tutup John.