Begini Gambaran Bila Indonesia Terapkan Lockdown

Loading

goodmoneyID – Virus Corona sudah menyebar ke segala penjuru dunia dengan sangat cepat, menginfeksi ratusan ribu orang dalam waktu yang relatif singkat. Setelah Tiongkok, negara yang menjadi awal kemunculan penyakit tersebut, Italia menjadi negara kedua yang paling parah terkena dampaknya.

Penyebaran virus Corona yang sangat cepat menyebabkan beberapa negara terpaksa memberlakukan lockdown. Lockdown sendiri berarti kuncian.   Dalam kasus Corona atau Covid-19, lockdown berarti mengunci semua akses warga untuk masuk atau keluar dari suatu daerah maupun negara.

Tujuannya agar virus tidak menyebar lebih jauh. Jika lockdown diberlakukan di suatu daerah, maka semua fasilitas publik harus ditutup. Mulai dari sekolah, transportasi umum, tempat umum, perkantoran, bahkan pabrik harus ditutup dan tidak diperkenankan beraktivitas. Aktivitas warga pun dibatasi.

Bahkan ada negara yang memberlakukan jam malam.  Beberapa negara yang sudah memberlakukan lockdown antara lain Tiongkok terhadap Kota Wuhan, disusul dengan kota-kota lain dengan penyebaran virus yang massif.

Sementara di Eropa, Italia menjadi negara yang menerapkan kebijakan lockdown setelah kasus Corona meningkat tajam.

Meski virus Corona sudah menyebar hingga ke 162 negara, termasuk Indonesia, namun tidak semua negara memberlakukan lockdown. Korea Selatan misalnya. Negeri Ginseng itu memilih untuk tidak mengunci wilayahnya, namun mengambil kebijakan lain untuk mencegah penyebaran virus Corona. Sementara di Indonesia, pemerintah menilai opsi lockdown belum dibutuhkan untuk saat ini.

Lantas apa yang akan terjadi bila pemerintah memberlakukan lockdown?  Ekonom BCA, David Sumual mengatakan, jika lockdown dilakukan misal di Jakarta saja, maka akan berpengaruh terhadap perekonomian nasional. Hal ini lantaran 75 persen pergerakan uang dalam perekonomian nasional terjadi di Jakarta.

“Dampak ekonominya agak sukar dihitung karena kita belum tahu berapa lama (jika lockdown) akan terjadi. Lockdown-nya misalnya seminggu, dua minggu, sebulan, beda hasilnya. Kalau dilakukan di Jakarta akan cukup signifikan pengaruhnya karena porsi Jakarta terhadap ekonomi nasional besar. 75 persen peredaran uang kan adanya di Jakarta, Jabodetabek,” ujar David, dalam rilis BCA, Rabu (18/3).

Meski begitu, lanjut David, lockdown di situasi seperti itu tidak apa apa, mengingat pengaruh pertumbuhan ekonomi di tengah situasi saat ini sangat rentan, dan hampir semua negara mengalami penurunan ekonomi akibat virus Corona ini.

“Dampaknya karena arus barang jasa itu nggak jalan, nggak lancar, itu pengaruh ke pertumbuhan (ekonomi). Tapi kan seluruh negara mengalami, jadi nggak masalah dari sisi supply turun, demand-nya juga turun itu pengaruh ke pertumbuhan ekonomi. Bukan sesuatu yang aneh karena seluruh dunia mengalami hal yang sama,” kata David.

David mengatakan sebelum menetapkan lockdown, pemerintah harus menyiapkan pasokan pangan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. “Dari sisi logistik pangan terutama, harus ada persiapan kalau mau dilakukan (lockdown),” tambahnya.

Selain pasokan bahan pangan pokok, pemerintah juga wajib menyiapkan ketersediaan alat-alat kesehatan yang memadai di sejumlah rumah sakit. Mengingat jika terjadi lockdown lalu lintas barang akan terganggu.

“Harus ada stimulus fiskal dari pemerintah terutama untuk penyediaan alat-alat kesehatan dalam rangka persiapan. Misalnya lockdown kalau alat kesehatannya nggak ada repot juga. Jadi memastikan dulu rumah sakitnya siap, dari jumlah rumah sakitnya, jumlah kamarnya, terus alat-alat kesehatannya,” pungkas David.