Sektor Perbankan dan Keuangan Lain Butuh Digitalisasi

Loading

goodmoneyID – Digitalisasi pada sektor perbankan dan keuangan lain sangatlah penting selain karena masalah kompetensi, juga adanya tuntutan dari masyarakat agar dapat melakukan segala macam proses namun tetap aman. Hal ini diungkapan Anthoni Morris selaku Direktur Artajasa, dalam webinar “Transformasi Digital dalam Sektor Perbankan dan Layanan Keuangan Indonesia” Rabu (1/12).

Pembentukan ekosistem, kolaborasi bank dan teknologi finansial, serta peran terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menjadi tiga hal yang dijunjung Artajasa kaitannya dalam mendukung pembentukan ekosistem sistem pembayaran.

Sebagai salah satu penyedia layanan sistem pembayaran end to end, Anthoni mengungkap penggunaan teknologi terkini, jaminan keamanan data, dan kesesuaian dengan regulasi selalu menjadi pacuan pada tiap pengembangan Artajasa.

Turut hadir Iwan Setiawan selaku CEO MarkPlus, Inc. yang membahas tentang pentingnya Customer Engagement. Pihaknya mengungkap bagaimana inovasi memerankan peran penting untuk mampu engage dengan pelanggan.

“Sebagian besar inovasi adalah yang terkait dengan produk, namun value-nya tidak ada.
Yang bisa meningkatkan price point adalah inovasi-inovasi di bisnis model, seperti di
perbankan mulai banyak bank digital yang berbeda dengan bank tradisional. Kita harus
fokus pada inovasi-inovasi yang memiliki value-added yang tinggi”, ujarnya.

Iwan juga menekankan pentingnya engagement marketing baik melalui mobile application,
social CRM, dan gamification dalam rangka memaksimalkan pengalaman pelanggan.
“Customer experience satu-satunya inovasi yang bisa menciptakan value di dunia digital
ini.”, imbuh Iwan.

Muhammad Ghifary, selaku Senior Vice President of Digital Banking Development &
Operation Division BRI menyatakan bagaimana BRI beradaptasi dengan bisnis model yang
lebih relevan dengan ekosistem digital yang terus tumbuh, baik secara hybrid atau
seluruhnya digital, hal ini disebutnya dengan Mega Shifting into Financial 4.0.

Ghifary menyebut soal bagaimana regulator layaknya Bank Indonesia telah mendukung
arah transformasi ke depan, salah satunya melalui Standar Nasional Open API
Pembayaran, “Ini akan men-encourage layanan finansial yang lebih kuat, kompetitif, inovatif, dan integrasi yang lebih besar dibandingkan sebelumnya.”, ujarnya.

Vincent Henry Iswaratioso selaku Bendahara Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia
(ASPI) turut hadir dalam acara ini dan menyampaikan soal peningkatan transaksi QRIS di
Indonesia.

Nominal transaksi meningkat di bulan September sudah mencapai 2.916 triliun rupiah dengan tingkat pertumbuhan 142,71% sejak Desember 2020 lalu. Dan rata-rata
pertumbuhannya mencapai 11,64% perbulan.

“Transaksi ini tumbuh signifikan di saat transaksi kartu kredit turun dan kartu debit relatif stagnan. Penurunan kartu kredit ini juga ada yang beralih ke QRIS, banyak sekali perubahan transformasi dari pengguna tunai ke penggunaan yang digital.”, ujar Vincent.

Pengembangan merchant QRIS sendiri juga sangat cepat sesuai dengan target pencapaian yang dikomitmenkan ke pemerintah Indonesia. Penggunaan QRIS sudah mencapai 12 juta per November 2021, dengan minggu lalu pada angka 12,9 juta. Ini sudah mencapai target sebelum akhir tahun dan ini average growth merchant-nya mencapai 7,58% per bulan-nya.

Vincent menyebut saat ini tugas bank atau non-bank sebagai penyelenggara QRIS adalah meningkatkan permintaan melalui berbagai program-program pemasaran agar lebih banyak transaksi di merchant dan aktivasi merchant dormant seiring dengan akuisisi merchant baru.

Thomas Arunditya yang kerap disapa Didit, selaku VP Corporate Strategy Artajasa kemudian menyatakan bahwa 60% customer yang ter-engaged dengan baik akan merekomendasikan brand kepada rekan sekitar. Hubungan baik dengan pelanggan ini akan
menciptakan ekosistem branding yang lebih kuat untuk menjangkau pasar yang lebih luas.

Didit pada gelaran Artajasa Special Webinar Event 2021 ini juga mengutip sebuah riset yang mengungkap bahwa pelaksanaan strategi customer engagement, terutama program
loyalitas sebanyak 5% dapat meningkatkan rata-rata profit perusahaan hingga 95%.

“Penting sekali perusahaan memahami cara customer memahami cara menggunakan
produk kita, akuisisi dan retensi akan sangat bisa dilakukan apabila kita memahami
customer kita sesuai dengan segmen-segmen yang dihadapi”, ujar Didit.

Untuk membangun ekosistem yang kuat antar pelanggan, Artajasa membentuk sebuah
platform yang dikenal dengan Bersama Loyalti. “Aplikasi ini bekerja sama dengan berbagai
jaringan merchant, baik industri e-commerce, pendidikan, dapat bergabung dengan program Loyalti kami agar bisa membangun engagement dengan pelanggan mereka secara efisien. Kita menyediakan merchant kepada mereka, ataupun mereka bisa menyediakan pelanggan untuk redemption di merchant kita”, tutup Didit.