Dompet Digital Keniscayaan Masa depan Pembayaran di Indonesia

Loading

goodmoneyID – Kini, dompet fisik kian tersisih terganti oleh dompet digital. Hal ini disebabkan oleh tingginya transaksi digital yang tumbuh lebih cepat daripada metode pembayaran lainnya. Diawal kemunculannya, dompet digital banyak yang tak suka, sebab dianggap mengambil alih peranan sektor industri keuangan misalnya perbankan.

Pembayaran digital melalui smartphone perlahan menggerus penggunaan uang tunai, yang hampir sepenuhnya dalam gelombang digitalisasi, kini dompet digital menjadi saingan kartu kredit dan debit.

Namun dompet digital bukanlah hal baru, melansir globalbankingandfinance.com pada tahun 1997, Coca Cola mendirikan mesin penjual otomatis yang memungkinkan pengguna membayar melalui teks, dalam pembayaran telepon seluler pertama yang tercatat dalam sejarah. Lalu sistem transfer uang seluler yang disebut M-Pesa diluncurkan pertama di Kenya pada 2007 dan pada 2011 Google sepenuhnya menerima pembayaran ponsel, meluncurkan dompet digital pasar massal pertama.

Bahkan di Inggris saat ini ada penurunan sekitar 54% jumlah transaksi uang tunai dari tahun 2010 hingga 2020, dan pembayaran yang dimulai dari ponsel diperkirakan akan menjadi cara pembayaran paling umum kedua di Inggris, setelah kartu debit pada tahun 2022 .

Bagaimana dengan Indonesia?

Pandemi Covid-19 juga mendorong transaksi digital kian meroket tajam. Menurut catatan Bank Indonesia (BI), transaksi digital meningkat 37,8 persen (year on year/yoy), mencakup transaksi digital banking dan transfer.

Penggunaan uang e-money atau dompet digital (e-wallet) pun meningkat 24,42 persen (yoy). Sementara penggunaan kartu debit menurun 18,9 persen (yoy).

Selain menawarkan aspek lebih praktis, aman, cepat, dan menguntungkan, penggunaan e-wallet dianggap lebih aman dan sesuai dengan protokol kesehatan di kala pandemi belum usai.

Survei konsumen secara online yang dilakukan oleh Snapcart selama kuartal 1 2021 menemukan bahwa e-wallet yang paling banyak digunakan (76%) disusul oleh Gopay (57%), Ovo (54%), Dana (49%), dan LinkAja (21%).

“Dari hasil survei, lima merek ini paling banyak digunakan konsumen dalam melakukan pembayaran dengan uang digital. Mereka sangat populer karena rajin melakukan promosi dan menjalin kerja sama dengan berbagai macam merchant,” kata Astrid Williandry, Direktur Snapcart Indonesia, dalam keterangan resminya beberapa waktu lalu.

ShopeePay berhasil mengambil porsi lebih dari 38% pasar transaksi e-wallet di Indonesia, baik online maupun offline.

Dari data frekuensi penggunaan e-wallet untuk pembayaran digital dalam tiga bulan survei, ShopeePay merupakan e-wallet yang paling sering digunakan (10,7X) secara frekuensi pembayaran uang digital melalui platform online maupun offline yang dilakukan dalam satu bulan. Lalu diikuti Ovo (7,3X), Dana (7,2X%), serta Gopay dan LinkAja (masing-masing 7,1X).

Pemakaian ShopeePay untuk pembayaran offline kini semakin meningkat bersamaan dengan peningkatan pemakaian online. Hal ini menunjukkan ShopeePay semakin luas digunakan oleh berbagai macam merchant untuk menerima pembayaran digital.

Dari data nominal omzet rata-rata per bulan transaksi e-wallet dari lima merek terkemuka tersebut di atas terlihat penguasaan pasar transaksi e-wallet dari ShopeePay juga terus meningkat di pembuka 2021. Data Maret 2021 menunjukkan bahwa ShopeePay berhasil mengambil 38% porsi total pangsa pasar transaksi e-wallet diikuti oleh Ovo (19%), Gopay (19%), Dana (17%), dan LinkAja (7%).

Dalam survei Snapcart, responden juga diminta untuk memilih merek e-wallet yang paling membantu dan mempermudah konsumen dalam berbelanja online. Pada Maret 2021, ShopeePay muncul menjadi pilihan utama konsumen (59%), diikuti Ovo (18%), Gopay (9%), Dana (10%), dan LinkAja (4%).

Temuan ini juga sejalan dengan hasil pertanyaan tentang e-wallet yang paling dipercayakan oleh konsumen. ShopeePay berhasil menjadi kepercayaan konsumen Indonesia (39%), diikuti Ovo (18%), Dana (18%), Gopay (17%), dan LinkAja (9%).

Mengapa dompet digital begitu populer?

Kenyamanan memainkan peran besar dalam meningkatnya popularitas dompet digital. Mereka dapat menyimpan beberapa metode pembayaran dalam satu platform digital yang dapat digunakan dengan cepat dan mudah dari ponsel, jam tangan, ataupun tablet.

Pengguna cukup klik, dan perangkat mereka akan memberi mereka pemberitahuan instan yang mencatat berapa banyak yang mereka habiskan dalam setiap transaksi. Anda bahkan dapat menautkan skema diskon Anda ke dompet digital Anda sehingga setiap poin, stempel, dan hadiah dihitung dan diterapkan secara otomatis saat checkout.

1. Kemudahan

Kemudahan dalam transaksi menjadi kelebihan utama dompet digital. Dengan menggunakan dompet digital, Anda tidak perlu lagi membawa dompet tebal penuh uang tunai, kartu debit/kredit, atau mengantre untuk melakukan tarik tunai di ATM. Selain itu, dompet digital juga lebih aman dan mudah dibawa saat bepergian.

Dalam keadaan darurat, menggunakan dompet digital dapat memudahkan Anda. Misal, ketika harus membayar belanjaan online tetapi tidak bisa membayar secara langsung karena sedang berhalangan, Anda bisa gunakan layanan dompet digital, seperti OneKlik milik BCA, OVO, dan sebagainya.

2. Promosi

Berbagai promosi yang disajikan oleh layanan pembayaran digital akan menguntungkan pengguna. Promosi seperti cashback atau diskon menjadi salah satu hal yang menarik pengguna untuk menggunakan layanan tersebut.

Berdasarkan riset JakPat terhadap 1.625 responden pada Oktober 2018 lalu, sebanyak 65% responden menggunakan pembayaran digital ketika ada program promosi. Sementara, responden lain akan memakai layanan pembayaran digital saat: tidak membawa uang ataupun kartu kredit/debit (60,2%), hampir setiap waktu (42,7%), dan merasa transaksi nontunai lebih baik daripada tunai (24,5%).

Penawaran pada program seperti Pay Day dari Go-Pay dapat dirasakan oleh para pengguna dompet digital. Adapula yang memberikan poin imbalan serta tambahan produk gratis, seperti T-Cash. Hal itu dapat membantu meningkatkan arus kas Anda secara marginal.

3. Terdapat Histori Transaksi

Melansir Economy Times, CEO Outlook Asia Capital Manoj Nangpal berpendapat, bila semua transaksi dicatat maka Anda dapat mengulas pengeluaran secara berkala, minimal satu hari sekali.

“Jika semua transaksi dicatat, akan sangat mudah bagi orang untuk melacak pengeluaran mereka. Ini juga akan membantu saat mengajukan pengembalian pajak penghasilan dan jika dicermati, orang akan mudah menjelaskan pengeluaran mereka,” kata Manoj.

Hampir semua layanan pembayaran digital menyajikan histori transaksi pada aplikasinya. Mulai dari Go-Pay, OVO, T-Cash, dan lain sebagainya.

4. Disiplin Anggaran

Histori transaksi yang ada pada aplikasi dompet digital memudahkan Anda untuk mengatur anggaran bulanan di bulan selanjutnya. Anda dapat menganalisis pengeluaran dalam sebulan, kemudian menerapkan hasil analisis tersebut pada budgeting bulan depan.

Penganggaran mampu membuat disiplin dalam keuangan sebab Anda telah menentukan batasan-batasan di setiap transaksi yang akan dilakukan.

5. Risiko Lebih Rendah

Jika dicuri, Anda dapat memblokir dompet digital melalui akun yang terhubung di perangkat ponsel. Dengan begitu, uang dalam dompet digital tersebut kemungkinan tidak bisa digunakan lagi.

Manoj berujar, “Opsi keuangan digital menawarkan keamanan, apalagi jika di masa depan mulai digunakan ID biometrik (sidik jari, pemindaian mata, dan lain-lain), itu menjadi sangat sulit untuk disalin sehingga sangat aman.”

Layanan dompet digital di Indonesia pun disesuaikan dengan aturan dari regulator. Sejalan dengan regulasi BI, sistem aplikasi penyedia pembayaran digital, Dana terintegrasi dengan data milik Dukcapil untuk melakukan proses KYC. Melalui data terintegrasi itu, registrasi Dana dapat dilakukan menggunakan KTP dan KK.

6. Keuntungan Tersirat

Secara tidak langsung, tidak memiliki uang tunai membuat Anda bisa menolak seseorang yang ingin meminjam uang. Kelebihan lainnya, Anda dapat membayar jumlah yang tepat tanpa khawatir tidak ada kembalian dari pemilik toko.